Sampah memang masih menjadi masalah besar dan cukup serius di Indonesia. Masalah-masalah sampah ini timbul karena adanya pencampuran jenis sampah, antara organik dan anorganik. Padahal andai saja masyarakat sudah mampu memisahkan sendiri sampah mereka antara organik dan anorganik sedari dini, permasalahan pencemaran lingkungan akibat sampah saat ini mungkin tidak akan terjadi.
Generasi millenials yang merupakan para pemuda penerus perjuangan bangsa perlu diberikan pemahaman terkait pentingnya pengelolaan sampah sebagai bentuk tindakan peduli terhadap lingkungan. Menteri BUMN Rini Soemarmo melalui acara Green Festival 2019 di Jakarta Convention Center (31/1) meminta kepada generasi millenials agar terus meningkatkan kepeduliannya terhadap lingkungan lewat upaya-upaya yang inovatif.
“Para millenials harus mengambil peran yang dominan dalam menjaga lingkungan. Semangat inovatif yang dimiliki millenials harus bisa juga dituangkan dalam merawat lingkungan,” kata Menteri Rini.
Dalam acara green festival ini, Program Studi Agroekoteknologi – Universitas Trilogi ikut berpartisipasi memberikan berbagai alternatif pengelolaan sampah domestik bagi millenials. Untuk jenis sampah organik, Prodi ini menawarkan pengomposan sebagai pilihan yang tepat dalam menangani sampah organik. Teknik pengomposan yang dikenalkan diantaranya adalah pengomposan menggunakan mini composter, keranjang takakura, dan composter bag untuk rumah tangga yang tidak mempunyai lahan terbuka yang luas.
“Teknik pengomposan dengan menggunakan mini composter, composter bag, dan takakura ini sebenarnya mudah dilakukan oleh siapapun, termasuk generasi millenials ini. Oleh karena itu, saya berharap mereka dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari” kata Pak Warid, Ketua Program Studi Agroekoteknologi yang juga merupakan Co-inisiator Komunitas Trilogi Berkebun.
Selain itu, menurut penjelasan beliau juga, yang menarik dari alternatif teknik pengomposan yang dikenalkan oleh Prodi Agroekoteknologi Trilogi adalah teknologi yang mereka sebut Wiremesh Tower Garden yaitu suatu wadah tanam bertingkat ke atas seperti tower yang terbuat dari kawat saring 2 cm. Teknik ini memadukan antara budidaya tanaman sekaligus komposting di dalamnya.
“Bagi para urban farmer yang memiliki keterbatasan lahan di pekarangan rumahnya tetapi ingin tetap berkebun dan mengolah sampah organik rumah mereka, Wiremesh Tower Garden saya rasa dapat menjadi solusi karena dalam satu wadah kita dapat melakukan dua hal, yaitu berkebun sayuran dan melakukan pengomposan” lanjut Pak Warid
Sementara untuk sampah anorganik, seperti bekas bungkus kopi instan, dibuat aneka kerajinan tangan seperti topi, rompi, tas, gantungan kunci, bros, dompet, bahkan tikar. Cara membuatnya juga sebenarnya tidak sulit, hanya memang membutuhkan kesabaran dan ketekunan.
Acara Green Festival 2019 ini juga diisi dengan berbagai workshop lainnya, seperti easy gardening yang mengajak millenials agar memanfaatkan lahan terbatas untuk melakukan urban farming dan ada juga workshop mengenai teknologi hidroponik dan aquaponik yang menawarkan budidaya sayuran tanpa tanah. Semua rangkaian acara ini diharapkan dapat meningkatkan kepedulian generasi millenials terhadap lingkungan sekitar.