Mantan Wakil Kepala Badan Intelijen, As’ad Said Ali menegaskan keterlibatan santri di lingkungan intelijen ikut memberi warna tersendiri. Santri yang memiliki pengetahuan agama dan keterampilan berinteraksi dengan berbagai lapisan sosial secara nyata menjadi keterampilan penting intelijen.
“Terlepas dari mayoritas penduduk beragama Islam di Indonesia, namun memang santri memiliki karakter yang dibutuhkan bagi intelijen di Indonesia,” imbuhnya dalam bedah buku Perjalanan Intelijen Santri di Universitas Trilogi, kemarin.
Menurutnya banyak operasi intelijen di Indonesia yang dipengaruhi gaya dan perilaku santri. Terutama pada sejumlah isu yang berlantar belakang agama. Pendekatan santri mampu mendeteksi sejak dini ancaman yang menggangu stabilitas negara.
Ketua Yayasan PPIJ, Prof. Arissetyanto Nugroho menambahkan hadirnya sosok KH. As’ad Said Ali dalam lingkungan Badan Intelijen Negara (BIN) memberikan warna tersendiri. Karakter intelijen yang identic dengan opersi militer menjadi lebih humanis.
“Inilah kekuatan intelijen Indonesia dimasa mendatang. Perlu karakter intelijen yang humanis untuk mendeteksi berbagai ancaman negara,” ujarnya. (*)