BOGOR: Universitas Trilogi sukses mewujudkan obsesi warga Desa Cibitung Wetan, Kabupaten Bogor berupa tersedianya Bank Sampah milik warga. Momentum itu ditunaikan saat Kepala desa Cibitung Wetan, Kabupaten Bogor Bapak urip beserta Dosen Universitas Trilogi Heny Agustin, meresmikan Bank Sampah Seroja Kahuripan pada Rabu (11/9/2019).
Kegiatan bank sampah ini awalnya diprakarsai oleh Kelompok Mahasiswa Universitas Trilogi saat mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang berlangsung sejak Agustus-September tahun lalu.
Menurut Heny Agustin permasalahan sampah saat itu menjadi momok utama yang harus segera ditangani dengan baik di RW 02 Desa Cibitung Wetan, Pamijahan, Bogor.
“Kegiatan KKN yang hanya berlangsung satu bulan tentu tidak cukup untuk menangani dengan tuntas persoalan yang mengemuka di lapangan sehingga perlunya pendampingan mendalam hingga terbentuknya kelompok dan berbagai kegiatan yang mendukung dalam kelompok bank sampah tersebut,”ujar Heny Agustin.
Atas dasar itu, LPPM Universitas Trilogi melalui dosen pengusul program yang tak lain adalah Heny Agustin dan Rudi Setiawan menulis usulan proposal ini ke Kemenristekdikti dengan judul “Pengembangan Bank Sampah Dengan Sistem Komputerisasi” melalui skema Hibah Program Kemitraan Masyarakat SIMLITABMAS.
Program pengabdian yang didanai Kemenristekdikti ini disambut baik oleh masyarakat RW 02 Desa Cibitung Wetan terutama Ibu-ibu setempat yang sebelumnya telah mengikuti sosialisasi progam Bank Sampah.
Titin selaku Ketua Bank Sampah Seroja Kahuripan mengatakan banyak manfaat yang yang diperoleh dari kegiatan ini.
“Alhamdulillah kita bisa menabung dari kegiatan bank sampah ini. Bahkan dari jumlah nasabah dan partisipasinya juga meningkat sebanyak 40 orang. Harapannya semoga bisa bertambah lagi kedepannya sehingga lingkungan kita juga jadi bersih dan warga mendapat nilai produktivitas karena sampah yang dikumpulkan menimbulkan nilai ekonomi yang dapat membantu kesejahteraan warga,” ungkap Titin.
Menurut Heny Agustin selaku ketua pengusul program ini, kegiatan terebut baru berjalan 70 persen. Namun pencapaian tersebut menurutnya sudah sangat memuaskan karena sejauh ini sudah banyak kemajuan yang dialami oleh Ibu Titin dan tim, diantaranya kepengurusan bank sampah yang telah terbentuk, ilmu baru yang mereka dapat dari berbagai macam pelatihan, serta produk-produk yang dihasilkan dari pelatihan.
Sejauh ini Heny dan tim telah memberikan beberapa pelatihan diantaranya pembuatan kompos dan pupuk cair dari limbah organik serta pelatihan kerajinan dari limbah anorganik terutama botol kaca dan kantong kresek yang tidak disukai oleh pengepul. Sementara sampah lainnya seperti botol plastik, kaleng, kardus, besi dikumpulkan setiap 2 minggu sekali untuk kemudian ditimbang dan dijual ke pengepul.
“Berikutnya penerapan manajemen bank sampah melalui software yang sudah dibuat oleh Pak Rudi Setiawan selaku anggota pengusul perlu dibiasakan mengingat sistem digitalisasi ini cukup sulit untuk kelompok masyarakat di desa. Setidaknya kami masih punya waktu hingga akhir tahun untuk menyelesaikan kegitatan ini,” ungkap Heny (sumber; suarakarya.id)