Home Berita Peringatan 55 Tahun Supersemar dan Pembubaran PKI

Peringatan 55 Tahun Supersemar dan Pembubaran PKI

Home Berita Peringatan 55 Tahun Supersemar dan Pembubaran PKI

Peringatan 55 Tahun Supersemar dan Pembubaran PKI

by admin trilogi

PERS RELEASE

Supersemar merupakan peristiwa penting dalam sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Melalui Supersemar, perjalanan bangsa Indonesia memasuki era baru. Ia  menjadi jembatan pergantian suasana politik dari suasana genting akibat kudeta G30S/PKI menjadi suasana yang lebih kondusif untuk pelaksanaan pembangunan.  Sehubungan dengan hal itu, pada hari Jumat, tanggal 12 Maret 2021 Yayasan Kajian Citra Bangsa mengadakan Dialog Bangsa dengan tema : Memperingati 55 Tahun Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) dan Pembubaran PKI. Dialog ini dilakukan secara on line (zoom meeting), diikuti oleh peserta terbatas sebanyak 100 orang, namun yang tidak bisa join di zoom diarahkkan mengikuti melalui live streaming Cendana News di channel youtube.  Nara sumber yang dihadirkan ialah Dr. Fahmi Idris (aktivis 1966), Ir. Yodfiatfinda, Ph.D (dosen Universitas Trilogi dan Pengurus Pusat Korps Menwa Indonesia) serta Prof. Dr. Aminuddin Kasdi (dosen dan pelaku sejarah).

Sejak proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 sampai akhir tahun 1965, banyak sekali peristiwa penting yang dialami Bangsa Indonesia. Seperti perjuangan fisik mempertahankan kemerdekaan, pemberontakan PKI di Madiun  (1948), Belanda mengakui kedaulatan Negara Republik Indonesia (1949),   pemilu multi partai pertama (1955), dekrit Presiden (1957), dan lain-lain. Pada pemilu 1955, PKI secara mengejutkan memperoleh suara cukup banyak yaitu urutan ke-4 setelah PNI, Masyumi, dan NU.  Raihan suara PKI tersebut dipercaya oleh Presiden Soekarno sebagai potensi untuk memperkuat persatuan nasional. Maka munculah gagasan penyatuan tiga kekuatan politik yaitu Nasionalis (PNI), Agama (Partai NU) dan Komunis (PKI) atau yang dikenal dengan NASAKOM. Gagasan ini dipromosikan oleh Presiden Soekarno dalam berbagai kesempatan bahkan sampai ke luar negeri.   Kedekatan PKI dengan Presiden Soekarno, jumlah massa yang banyak dan militant, 14 orang menteri cabinet serta ratusan organisasi massa menjadikan PKI semakin di atas angin.  Mereka melakukan agitasi, provokasi dan tekanan politik bahkan sampai menculik dan memenjarakan lawan politiknya. Puncaknya PKI kemudian mengambil jalan pintas kudeta dengan membunuh pimpinan TNI Angkatan Darat dan mengambil alih kekuasaan.  Saat itu, menurut pimpinan PKI hanya TNI AD lah yang paling sulit diatasi dalam mewujudkan negara komunis Indonesia.

Makar PKI ini tidak diijinkan Allah SWT.  Hanya dalam hitungan hari, TNI bersama rakyat menggagalkan kudeta tersebut. Mahasiswa berdemonstrasi menuntut PKI dibubarkan. Kemudian dalangnya ditangkap, tindakan pembersihan dilakukan.  Situasi menjadi semakin genting karena di daerah-daerah terjadi bentrok antara massa PKI dengan massa anti PKI didukung tentara.  Akhirnya Presiden Soekarno memberikan perintah kepada Mayjen Soeharto untuk memulihkan keamanan dan ketertiban masyarakat.  Surat perintah tersebut dikeluarkan pada tanggal 11 Maret 1966. Setelah menerima perintah, Mayjen Soeharto langsung membubarkan PKI serta semua organisasi massanya.

Selanjutnya, MPRS bersidang untuk meminta pertanggungan jawab Presiden Mandataris. Pidato pertanggung jawaban Presiden Soekarno tidak diterima, kemudian Mayjen Soeharto dilantik menjadi Presiden Mandataris MPR menggantikan Ir. Soekarno.  Jadi tidak benar kalau Pak Harto menggunakan Supersemar sebagai alat untuk mengambil alih kekuasaan dari Presiden Soekarno. Dalam dialog tersebut, beberapa pertanyaan muncul dari peserta seperti tentang keberadaan naskah asli Supersemar.  Salah satu nara sumber, yaitu Ir. Yodfiatfinda, Ph.D  menjelaskan bahwa saat ini terdapat 3 versi naskah Supersemar yang tersimpan di ANRI. Namun demikian esensinya bukanlah di situ. Yang penting ialah bahwa Supersemar memang benar-benar ada dan telah digunakan oleh Mayjen Soeharto dengan sangat tepat dan efektif untuk mengatasi keadaan negara yang sangat kritis terutama dengan dibubarkannya PKI.  Bangsa Indonesia sepatutnya bersyukur, Pancasila masih tetap kokoh menjadi falsafah dan ideologi negara.  Allah SWT tidak meridhoi bangsa yang religious ini menjadi negara komunis yang berpahamkan anti Tuhan.

Dr. Fahmi Idris yang ikut berdemonstrasi tahun 66 mengatakan bahwa Supersemar tidak mungkin dibuat dibawah ancaman todongan senjata.  Itu adalah hayalan orang yang ingin mengaburkan fakta sejarah.  Sampai tahun 1966 Presiden Soekarno ialah sosok powerfull, kekuasaannya luar biasa kuat dengan sederet gelar. Siapa yang berani menodongkan senjata kepada Paduka Yang Mulia, Panglima  Tertinggi Angkatan Bersenjata, Pemimpin Besar Revolusi ?, Itu mustahil.  Sementara Prof Aminuddin Kasdi menyampaikan analisa bahwa PKI tidak tiba-tiba saja melakukan kudeta melalui G30S, melainkan sudah direncanakan secara matang seperti perundingan antara komite sentral PKI dengan pimpinan negara RRC di Peking.  Usulan mempersenjatai kaum buruh dan tani untuk membantu mengganyang Malaysia (usulan ini ditentang oleh TNI AD).

Pendapat generasi muda tentang Supersemar disampaikan oleh Yodfiatfinda, yang juga menjadi dosen di Universitas Trilogi.  Kenyataannya generasi muda saat ini sudah banyak yang tidak peduli dengan pentingnya peran Supersemar dalam perjalanan sejarah Bangsa Indonesia.  Sebuah survey yang dilakukan kepada para mahasiswa berkaitan dengan Supersemar, mayoritas mahasiswa tidak bisa menjawab pertanyaan sederhana, misalnya tahun berapa Supersemar dikeluarkan, apa yang dilakukan Pak Harto setelah menerima Supersemar, apa yang terjadi dengan Presiden Soekarno setelah Supersemar  dan lain-lain.  Kesimpulannya, Pembubaran PKI oleh Pak Harto melalui Supersemar adalah suatu bentuk kasih sayang Allah SWT kepada Bangsa Indonesia karena terhindar dari pertumpahan darah yang lebih besar, menjadikan kondisi negara lebih baik dari segi perekonomian, pendidikan dan pembangunan bidang-bidang lainnya.  Pesert mengusulkan Dialog seperti ini perlu terus dilakukan dalam kapasitas yang lebih luas.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

18 − ten =