Home Berita Universitas Trilogi Dorong Mahasiswa Aktif Berliterasi Tumbuhkan Motivasi

Universitas Trilogi Dorong Mahasiswa Aktif Berliterasi Tumbuhkan Motivasi

Home Berita Universitas Trilogi Dorong Mahasiswa Aktif Berliterasi Tumbuhkan Motivasi

Universitas Trilogi Dorong Mahasiswa Aktif Berliterasi Tumbuhkan Motivasi

by humas trilogi

Universitas Trilogi mendorong para mahasiswanya untuk aktif berliterasi mengingat para intelektual muda ini merupakan ujung tombak yang patut diandalkan untuk memberikan kontribusi bagi pembaruan dan kemajuan negeri ini.

 

Dukungan universitas kepada mahasiswa Universitas Trilogi diwujudkan saat dihelat kegiatan mahasiswa dalam tajuk “Millenial Literacy Motivation’ bersama Maman Suherman, yang juga penulis, epilog program TV, Duta Literasi Iluni UI.

 

“Para intelektual muda yang dalam hal ini adalah mahasiswa dituntut untuk aktif menjadi opinion leader melalui publikasi tulisan. Pandangan dan pemahaman terhadap konsep literasi juga terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi,” ujar Dr Sahnaz Ubud, Wakil Rektor Universitas Trilogi mewakili Rektor Dr Aam Bastaman, SE, M.Si., didampingi Wakil Rektor Bidang Sumber Daya, Ir. Leo Pramuka dan Dekan Fakultas Ekonomi & Bisnis R. Dwi Sunu Kanto, M.Sc., Ph.D saat mengikuti kegiatan motivasi expert sekaligus lauching buku karya mahasiswa di Atrium Trilogi, Sabtu (19/1/2019).

 

Sahnaz mengatakan tidak ada kata terlambat dalam memperbaiki kemandekan literasi yang terjadi pada bangsa ini.

 

“Saya kira yang dikerjakan anak-anak Universitas Trilogi dapat berkontribusi menaikkan peringkat literasi Indonesia melalui gerakan budaya membaca dan menulis. Menjadi penting karena membaca dan menulis adalah pintu gerbang dalam meningkatkan literasi bangsa,” jelas Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ini.

 

Dengan membaca, ucap dia, biasanya seseorang akan mampu menulis dan juga berdiskusi.

 

“Habit (kebiasaan) membaca akan mengantarkan kita menjadi mahasiswa yang kaya akan ilmu pengetahuan sehingga mampu menjadi generasi muda yang membanggakan. Namun, memperkuat tradisi literasi mahasiswa bukanlah pekerjaan mudah. Kini mahasiswa dihadapkan pada perubahan cara hidup yang radikal akibat arus besar digital. Memang, di satu sisi, era digital membuat berbagai bentuk informasi lebih cepat menyebar dan lebih mudah diperoleh. Namun di sisi lain, kemudahan-kemudahan itu justru membuat mahasiswa kerap tidak melakukan kajian dan konfirmasi yang mendalam,”urainya.

 

Akibatnya, seperti yang terjadi informasi digital melatih mahasiswa untuk berpikir pendek dan bertahan berkonsentrasi hanya dalam waktu yang singkat. Untuk itu, kata Sahnaz, pihak universitas mendorong mahasiswa untuk membiasakan berliterasi dengan menulis, dimulai dari semester 1.

 

“Mahasiswa semester pertama kita bina dan berdayakan. Dalam semester 1 harus bisa menciptakan inovasi. Salah satunya dengan mempersembahkan 10 karya buku ini yang ditulis secara kolaboratif. Berisikan quote-quote motivasi dan success story mahasiswa. Tentang perjuangan hidup kerja sambil kuliah, seperti security, OB bahkan pembantu. Mereka menuliskan dalam karya buku sebagai pemicu motivasi diri,”ungkapnya.

 

Harapannya di semester lanjutan akan lebih memunculkan inovasi-inovasi baru. Hal ini karena di semester 5, mahasiswa harus menciptakan inovasi unggulan di bidang teknopreneur.

 

“Tentu harus sesuai dengan tagline Universitas Trilogi: Teknopreneur, Kolaborasi dan Kemandirian. Makanya ditiap semester, kita dorong mahasiswa melakukan aktivitas kampus untuk memenuhi visi ini dan nantinya lulusan Trilogi bisa melengkapi tagline tersebut,” jelas Sahnaz.

 

Universitas, kata dia juga memberikan keleluasaan mahasiswa untul menulis sekreatif mungkin.

 

“Bagaimana mereka bisa memikirkan ide-ide dan menuangkannya dalam dokumentasi berupa karya buku untuk memotivasi dirinya dengan berkolaborasi dengan teman-teman semester 1 baik dari klas reguler maupun karyawan. Sehingga terciptalah literasi 10 seri buku dan setelah melalui proses penyempurnaan dan editing ketat juga rencananya akan dipublish keluar. Bahkan ke depan akan dibuat ke arah digital,”ungkap Sahnaz.

 

Maman Suherman juga mengamini pandangan bahwa literasi harus menjadi habbit mahasiswa. Dia mempercayai bahwa ujung tombak literasi sejatinya adalah dari kampus.

 

“Tinggal bagaimana mereka melakukan penajaman. Penajaman fokus di abad 21 itu harus menguasai enam literasi yakni literasi baca tulis, numerasi, finansial, digital, sains, budaya dan keluarga. Namun itu semua harus diikat 4 kompetensi yakni kemampuan komunikasi, kolaborasi, kreativitas, critical thinking dan ujungnya adalah harus menjadi pembelajaran hidup,”ungkap Maman Suherman.

 

Sahabat Literasi Kemendikbud ini mengingatkan mahasiswa tidak hanya cukup untuk menghapal dan membaca saja. Jika para mahasiswa tidak mau mencoba dan mewujudkan atau mengimplementasikannya maka 6 literasi tadi, jadi tidak ada gunanya.

 

Dalam konteks ini pun Maman meyakini jika mahasiswa mudah untuk menghapal seven habbit yang direkomendasikan penulisnya Sean Covey, dalam bukunya “7 Kebiasaan Remaja yang sangat Efektif ”. Namun bukan itu yang menjadi tujuan utamanya.

 

“Yang lebih subtansial adalah bagaimana mereka mengerti, memaknai, dan kemudian menulis. Ketika mereka bisa menulis, itu berarti mereka sudah membacanya berulang-ulang. Jadi telah teremind dengan baik setelah menjadi buku. Pelajaran yang berharga adalah bagaimana mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari. Tahapannya baca, tulis dan amalkan,”urainya.

 

Maman mengapresiasi mahasiswa Universitas Trilogi meski baru menginjak semester pertama telah menorehkan karya buku yang berisikan story untuk memberikan motivasi diri.

 

“Bukan saja mereka dalam tim penulis yang tercatat sebagai mahasiswa semester 1 mendapatkan motivasi tetapi seluruh civitas akademika Trilogi termasuk publik juga mendapatkan inspirasi. Ini sesuatu yang dahsyat dan perlu kita atensi,” ucapnya.

 

Dia mengatakan proses literasi adalah proses pembiasaan dari tahapan baca, tulis dan implementasi. Untuk kondisi saat ini, lanjut Maman, literasi digital perlu dikuatkan.

 

“Mereka yang kadung akrab dengan sosial media beranggapan dapat melakukan apapun sebebas-bebasnya. Padahal dibalik jempol kita perlunya saring sebelum sharing dalam ber-medsos. Itu yang terkadang dilupakan dan diabaikan. Karena tidak terfilter etika bermedsos yakni 3 B: Baik, Benar dan Bermanfaat. Tak terkecuali juga mahasiswa. Maka ilmu tentang literasi digital harus disosialisasikan lagi secara massif,”ungkapnya.

 

Kang Maman tidak under estimate kepada kemampuan kaum millenial untuk memanfaatkan teknologi dengan berliterasi secara bertanggung jawab, terutama literasi digital.

 

“Semoga kalau hal ini dipertahankan dan literasi digital dikuatkan, kita akan mendapat bonus demograsi yang sangat dahsyat bukan lagi bencana demografis. Kuncinya ada di anak-anak millenial, generasi Z yang perlu kita beri kesempatan dan fasilitasi secara bertanggung jawab,”jelas Maman.

 

Gina Patriani Manuputty selaku ketua panitia pelaksana kegiatan kemahsiswaan ini merasa bersyukur bisa kuliah di Universitas Trilogi sambil bekerja.

 

“Selain karena pengelola selalu mendukung mahasiswa untuk berkreasi sekreatif mungkin, berinovasi dan bekerjasama antarmahasiswa baik ektension dan reguler serta dukungan sarana serta prasarana juga cukup memadai. Maka soft skill kita akan makin tergali secara optimal dengan baik dan kelak menjadikan mahasiswa tangguh sebagai entrepreneur,” ungkap Gina.

 

(sumber: AG. Sofyan/SuaraKarya.id)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

eighteen − 6 =